Pages

Jumat, 27 Desember 2013

Jarak #2



Aku hanya pasrah ketika badan mungil ini jatuh dalam pelukanmu ,kuresapi hangat pelukmu yang untuk pertama kalinya dan bahkan mungkin jadi yang terakhir kalinya kurasakan . Semakin deras bulir air mata itu terjatuh semakin erat pula pelukan yang kau berikan .... dalam isak tanggis kau membisikan sesuatu di telingaku
“Mas... sayang woel....... “  dan itu adalah kata2 yang untuk pertama kalinya mas ucapkan di telinggaku .
Sejak hal itu pikiran ini tak pernah lepas akan darimu , hari berlalu dengan cepatnya dan setiap detiknya kurasakan detak jantungku berdegup lebih kencang di banding detik jam yang berputar . Setiap waktunya aku selalu berdoa bahwa keputusan kedua orang tuaku dapat berubah dan aku takkan pergi meninggalkan Kota Malang ini dan kupastikan aku akan menunggumu untuk kembali . 

Lima tahun ,
aku pasti bisa menunggu untuk kamu.. itu adalah hal yang selalu aku katakan pada diriku sendiri , namun seperti sebuah pepatah “ manusia boleh berencana namu tetap Tuhanlah yang menentukan “  . Dan pengharapanku akan sebuah miracle itu sirna seperti debu di terbangkan angin . Tinggal menghitung hari , aku akan pergi meninggalkan semua ... semua hal terindah yang pernah kumiliki selama 15th . Rindu menyergap relung hati terdalam dan kenangan semua silih berganti datang .
Rumah tua bercat kuning ini adalah tempat kenangan terindah , sofa hijau tua bermotif bunga kecil – kecil di dekat aquarium itu adalah tempat dimana kamu biasa duduk , malam ini aku duduk di ruang tamu depan yang langsung berbatasan dengan jalan depan rumah , aku di temani Dewi sahabatku kami duduk berdua di beranda rumah . Kami bercerita tentang malam ini dan mulai mengulas sedikit masa – masa ketika kami berada di Smp , sambil memandang langit malam yang begitu cerah diterangi bulan yang bulat sempurna malam itu , menambah nikmatnya malam terakhir di sana . 

Waktu telah menunjukan pukul 00.17 namun tak kudapati pesan balasan darimu , tanganku mulai memutar – mutar hpku dan coba untuk menghubungimu lewat telfon namun nihil tak ada jawaban darimu ... hatiku resah , kacau tak karuan dan kembali air mata itu terjatuh lagi dengan nafas sedikit tertahan aku mencoba menenangkan diri dan ternyata suara sesenggukanku terdengar oleh Dewi , ia terbangun dan memelukku dari samping dia coba menenagkanku yang sedari tadi menangis tak berhenti dan tanggisanku kembali pecah dalam pelukan Dewi .
“kenapa sesakit ini wie ?? kenapa dia tak membalas ? apakah dia berniat melupakanku begitu saja ? apakah ia ingin mangkir dari komitmennya ?”
“sabar dee , mungkin dia lagi sibuk dan gak ada pulsa ...” Dewi coba menenangkanku ,
“apakah mas Alien gak mau mengantar aku untuk terakhir kalinya ?”
“pasti dia mau lah , pasti dia besok pagi dateng “

Dewi menatap mataku dengan penuh keyakinan yang membuatku sedikit lega untuk sebuah harapan yang sebenarnya belum pasti adanya .
“Mas, woel hari ini berangkat.. jam 10 pagi... bisa gak mas nganterin ke terminal ?“
aku menunggu sejak semalam hingga saat ini tak ada sekalipun balasan darinya dan bahkan hpnya pun mati tak dapat di hubungi , aku benar – benar tak mengerti apakah dia begitu pengecut tuk mengahadapi kenyataan ini ? apakah komitmen yang kami pegang bersama telah ia lepaskan ? begitu banyak pertanyaan yang menggantung di kepalaku . Kucoba tepiskan keraguan itu lewat sholat dhuha , aku berdoa kepada Tuhan agar kamu datang untuk terakhir kalinya mas .. aku ingin melihat mata indah itu untuk yang trakhir kalinya  .
Menanti menit demi menit berganti , dan kini waktu telah menunjukkan pukul 9.30 aku kembali melihat hpku namun sama seperti sebelumnya tak ada balasan dan laporan di terima . Aku mencoba tersenyum kepada setiap tetangga yang datang untuk mengucapkan salam perpisahan , aku coba menahan tanggis yang sedari tadi ingin tumpah .

Kakiku berjalan menyusuru setiap sekat rumah, tanganku menari – nari pada setiap barang yang tersentuh dan angankupun terbang pada setiap kenangan yang terjadi disini ... dirumah yang selama 15th telah menjadi saksi bisu atas semua perubahan yang terjadi . Dan tanganku berhenti pada alat set up untuk siaran radio yang berada di meja pojok dekat jendela kamar belakang , aku teringat ketika aku ingin sekali mengikuti lomba penyiar cilik dan saat itu seharian penuh Ayah mengajariku dengan sabar , beliau mengajarkanku cara berbicara ketika opening, menyampaikan pesan dan ketika akan closing . Hal itu membuatku mengerti arti pentingnya belajar dengan keras .

Kini waktu telah menunjukan pukul 10.00 dan kini aku harus relakan semua yang ada tertinggal , aku pergi untuk kembali ... ku kuatkan hati untuk melangkahkan kaki dan menjauhi rumah.. sesak itu yang kurasakan ketika langkah kaki tetapa harus melangkah namun hati menolak untuk meninggalkan . semakin langkahku menjauh semakin kucoba kuatkan hati dan berusaha tetap tersenyum hingga sesampainya di terminal Arjosari kami mencari bis jurusan Malang – Tuban , dan kamipun menemukannya . Hatiku semakin bergetar tanganku basah karna keringat dingin yang keluar , aku berdiri di depan pintu gerbang depan itu aku melihat.. mencoba mencari – cari sosok yang benar kuharapkan hadir di detik terakhirku , namun cukup lama aku menanti dalam pengharapan terbesar hasil yang kudapat adalah nihil , kamu gak datang mas.... apakah kamu tahu kaki begitu teras lemas , mataku sudah tak dapat melihat apa – apa lagi dan hanya butiran iar yang terjatuh ... aku coba berpegangan pada tiang untuk menopang tubuhku yang mulai terasa lemas. Hingga aku tersadar bahwa bis akan segera berangkat . Aku mulai melangkah dengan langkah gontai yang telah mirip dengan zombie memasuki bis , mataku tetap melirik ke arah gerbang tempat kedatangan itu berharap kalau – kalau kamu hadir , dan lagi – lagi nihil ................

TO BE CONTINUE.........................................

1 komentar:

Yossa Septian Galaguna mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Posting Komentar

Jumat, 27 Desember 2013

Jarak #2



Aku hanya pasrah ketika badan mungil ini jatuh dalam pelukanmu ,kuresapi hangat pelukmu yang untuk pertama kalinya dan bahkan mungkin jadi yang terakhir kalinya kurasakan . Semakin deras bulir air mata itu terjatuh semakin erat pula pelukan yang kau berikan .... dalam isak tanggis kau membisikan sesuatu di telingaku
“Mas... sayang woel....... “  dan itu adalah kata2 yang untuk pertama kalinya mas ucapkan di telinggaku .
Sejak hal itu pikiran ini tak pernah lepas akan darimu , hari berlalu dengan cepatnya dan setiap detiknya kurasakan detak jantungku berdegup lebih kencang di banding detik jam yang berputar . Setiap waktunya aku selalu berdoa bahwa keputusan kedua orang tuaku dapat berubah dan aku takkan pergi meninggalkan Kota Malang ini dan kupastikan aku akan menunggumu untuk kembali . 

Lima tahun ,
aku pasti bisa menunggu untuk kamu.. itu adalah hal yang selalu aku katakan pada diriku sendiri , namun seperti sebuah pepatah “ manusia boleh berencana namu tetap Tuhanlah yang menentukan “  . Dan pengharapanku akan sebuah miracle itu sirna seperti debu di terbangkan angin . Tinggal menghitung hari , aku akan pergi meninggalkan semua ... semua hal terindah yang pernah kumiliki selama 15th . Rindu menyergap relung hati terdalam dan kenangan semua silih berganti datang .
Rumah tua bercat kuning ini adalah tempat kenangan terindah , sofa hijau tua bermotif bunga kecil – kecil di dekat aquarium itu adalah tempat dimana kamu biasa duduk , malam ini aku duduk di ruang tamu depan yang langsung berbatasan dengan jalan depan rumah , aku di temani Dewi sahabatku kami duduk berdua di beranda rumah . Kami bercerita tentang malam ini dan mulai mengulas sedikit masa – masa ketika kami berada di Smp , sambil memandang langit malam yang begitu cerah diterangi bulan yang bulat sempurna malam itu , menambah nikmatnya malam terakhir di sana . 

Waktu telah menunjukan pukul 00.17 namun tak kudapati pesan balasan darimu , tanganku mulai memutar – mutar hpku dan coba untuk menghubungimu lewat telfon namun nihil tak ada jawaban darimu ... hatiku resah , kacau tak karuan dan kembali air mata itu terjatuh lagi dengan nafas sedikit tertahan aku mencoba menenangkan diri dan ternyata suara sesenggukanku terdengar oleh Dewi , ia terbangun dan memelukku dari samping dia coba menenagkanku yang sedari tadi menangis tak berhenti dan tanggisanku kembali pecah dalam pelukan Dewi .
“kenapa sesakit ini wie ?? kenapa dia tak membalas ? apakah dia berniat melupakanku begitu saja ? apakah ia ingin mangkir dari komitmennya ?”
“sabar dee , mungkin dia lagi sibuk dan gak ada pulsa ...” Dewi coba menenangkanku ,
“apakah mas Alien gak mau mengantar aku untuk terakhir kalinya ?”
“pasti dia mau lah , pasti dia besok pagi dateng “

Dewi menatap mataku dengan penuh keyakinan yang membuatku sedikit lega untuk sebuah harapan yang sebenarnya belum pasti adanya .
“Mas, woel hari ini berangkat.. jam 10 pagi... bisa gak mas nganterin ke terminal ?“
aku menunggu sejak semalam hingga saat ini tak ada sekalipun balasan darinya dan bahkan hpnya pun mati tak dapat di hubungi , aku benar – benar tak mengerti apakah dia begitu pengecut tuk mengahadapi kenyataan ini ? apakah komitmen yang kami pegang bersama telah ia lepaskan ? begitu banyak pertanyaan yang menggantung di kepalaku . Kucoba tepiskan keraguan itu lewat sholat dhuha , aku berdoa kepada Tuhan agar kamu datang untuk terakhir kalinya mas .. aku ingin melihat mata indah itu untuk yang trakhir kalinya  .
Menanti menit demi menit berganti , dan kini waktu telah menunjukkan pukul 9.30 aku kembali melihat hpku namun sama seperti sebelumnya tak ada balasan dan laporan di terima . Aku mencoba tersenyum kepada setiap tetangga yang datang untuk mengucapkan salam perpisahan , aku coba menahan tanggis yang sedari tadi ingin tumpah .

Kakiku berjalan menyusuru setiap sekat rumah, tanganku menari – nari pada setiap barang yang tersentuh dan angankupun terbang pada setiap kenangan yang terjadi disini ... dirumah yang selama 15th telah menjadi saksi bisu atas semua perubahan yang terjadi . Dan tanganku berhenti pada alat set up untuk siaran radio yang berada di meja pojok dekat jendela kamar belakang , aku teringat ketika aku ingin sekali mengikuti lomba penyiar cilik dan saat itu seharian penuh Ayah mengajariku dengan sabar , beliau mengajarkanku cara berbicara ketika opening, menyampaikan pesan dan ketika akan closing . Hal itu membuatku mengerti arti pentingnya belajar dengan keras .

Kini waktu telah menunjukan pukul 10.00 dan kini aku harus relakan semua yang ada tertinggal , aku pergi untuk kembali ... ku kuatkan hati untuk melangkahkan kaki dan menjauhi rumah.. sesak itu yang kurasakan ketika langkah kaki tetapa harus melangkah namun hati menolak untuk meninggalkan . semakin langkahku menjauh semakin kucoba kuatkan hati dan berusaha tetap tersenyum hingga sesampainya di terminal Arjosari kami mencari bis jurusan Malang – Tuban , dan kamipun menemukannya . Hatiku semakin bergetar tanganku basah karna keringat dingin yang keluar , aku berdiri di depan pintu gerbang depan itu aku melihat.. mencoba mencari – cari sosok yang benar kuharapkan hadir di detik terakhirku , namun cukup lama aku menanti dalam pengharapan terbesar hasil yang kudapat adalah nihil , kamu gak datang mas.... apakah kamu tahu kaki begitu teras lemas , mataku sudah tak dapat melihat apa – apa lagi dan hanya butiran iar yang terjatuh ... aku coba berpegangan pada tiang untuk menopang tubuhku yang mulai terasa lemas. Hingga aku tersadar bahwa bis akan segera berangkat . Aku mulai melangkah dengan langkah gontai yang telah mirip dengan zombie memasuki bis , mataku tetap melirik ke arah gerbang tempat kedatangan itu berharap kalau – kalau kamu hadir , dan lagi – lagi nihil ................

TO BE CONTINUE.........................................

1 komentar:

Jumat, 27 Desember 2013

Jarak #2

Diposting oleh Unknown di 09.41


Aku hanya pasrah ketika badan mungil ini jatuh dalam pelukanmu ,kuresapi hangat pelukmu yang untuk pertama kalinya dan bahkan mungkin jadi yang terakhir kalinya kurasakan . Semakin deras bulir air mata itu terjatuh semakin erat pula pelukan yang kau berikan .... dalam isak tanggis kau membisikan sesuatu di telingaku
“Mas... sayang woel....... “  dan itu adalah kata2 yang untuk pertama kalinya mas ucapkan di telinggaku .
Sejak hal itu pikiran ini tak pernah lepas akan darimu , hari berlalu dengan cepatnya dan setiap detiknya kurasakan detak jantungku berdegup lebih kencang di banding detik jam yang berputar . Setiap waktunya aku selalu berdoa bahwa keputusan kedua orang tuaku dapat berubah dan aku takkan pergi meninggalkan Kota Malang ini dan kupastikan aku akan menunggumu untuk kembali . 

Lima tahun ,
aku pasti bisa menunggu untuk kamu.. itu adalah hal yang selalu aku katakan pada diriku sendiri , namun seperti sebuah pepatah “ manusia boleh berencana namu tetap Tuhanlah yang menentukan “  . Dan pengharapanku akan sebuah miracle itu sirna seperti debu di terbangkan angin . Tinggal menghitung hari , aku akan pergi meninggalkan semua ... semua hal terindah yang pernah kumiliki selama 15th . Rindu menyergap relung hati terdalam dan kenangan semua silih berganti datang .
Rumah tua bercat kuning ini adalah tempat kenangan terindah , sofa hijau tua bermotif bunga kecil – kecil di dekat aquarium itu adalah tempat dimana kamu biasa duduk , malam ini aku duduk di ruang tamu depan yang langsung berbatasan dengan jalan depan rumah , aku di temani Dewi sahabatku kami duduk berdua di beranda rumah . Kami bercerita tentang malam ini dan mulai mengulas sedikit masa – masa ketika kami berada di Smp , sambil memandang langit malam yang begitu cerah diterangi bulan yang bulat sempurna malam itu , menambah nikmatnya malam terakhir di sana . 

Waktu telah menunjukan pukul 00.17 namun tak kudapati pesan balasan darimu , tanganku mulai memutar – mutar hpku dan coba untuk menghubungimu lewat telfon namun nihil tak ada jawaban darimu ... hatiku resah , kacau tak karuan dan kembali air mata itu terjatuh lagi dengan nafas sedikit tertahan aku mencoba menenangkan diri dan ternyata suara sesenggukanku terdengar oleh Dewi , ia terbangun dan memelukku dari samping dia coba menenagkanku yang sedari tadi menangis tak berhenti dan tanggisanku kembali pecah dalam pelukan Dewi .
“kenapa sesakit ini wie ?? kenapa dia tak membalas ? apakah dia berniat melupakanku begitu saja ? apakah ia ingin mangkir dari komitmennya ?”
“sabar dee , mungkin dia lagi sibuk dan gak ada pulsa ...” Dewi coba menenangkanku ,
“apakah mas Alien gak mau mengantar aku untuk terakhir kalinya ?”
“pasti dia mau lah , pasti dia besok pagi dateng “

Dewi menatap mataku dengan penuh keyakinan yang membuatku sedikit lega untuk sebuah harapan yang sebenarnya belum pasti adanya .
“Mas, woel hari ini berangkat.. jam 10 pagi... bisa gak mas nganterin ke terminal ?“
aku menunggu sejak semalam hingga saat ini tak ada sekalipun balasan darinya dan bahkan hpnya pun mati tak dapat di hubungi , aku benar – benar tak mengerti apakah dia begitu pengecut tuk mengahadapi kenyataan ini ? apakah komitmen yang kami pegang bersama telah ia lepaskan ? begitu banyak pertanyaan yang menggantung di kepalaku . Kucoba tepiskan keraguan itu lewat sholat dhuha , aku berdoa kepada Tuhan agar kamu datang untuk terakhir kalinya mas .. aku ingin melihat mata indah itu untuk yang trakhir kalinya  .
Menanti menit demi menit berganti , dan kini waktu telah menunjukkan pukul 9.30 aku kembali melihat hpku namun sama seperti sebelumnya tak ada balasan dan laporan di terima . Aku mencoba tersenyum kepada setiap tetangga yang datang untuk mengucapkan salam perpisahan , aku coba menahan tanggis yang sedari tadi ingin tumpah .

Kakiku berjalan menyusuru setiap sekat rumah, tanganku menari – nari pada setiap barang yang tersentuh dan angankupun terbang pada setiap kenangan yang terjadi disini ... dirumah yang selama 15th telah menjadi saksi bisu atas semua perubahan yang terjadi . Dan tanganku berhenti pada alat set up untuk siaran radio yang berada di meja pojok dekat jendela kamar belakang , aku teringat ketika aku ingin sekali mengikuti lomba penyiar cilik dan saat itu seharian penuh Ayah mengajariku dengan sabar , beliau mengajarkanku cara berbicara ketika opening, menyampaikan pesan dan ketika akan closing . Hal itu membuatku mengerti arti pentingnya belajar dengan keras .

Kini waktu telah menunjukan pukul 10.00 dan kini aku harus relakan semua yang ada tertinggal , aku pergi untuk kembali ... ku kuatkan hati untuk melangkahkan kaki dan menjauhi rumah.. sesak itu yang kurasakan ketika langkah kaki tetapa harus melangkah namun hati menolak untuk meninggalkan . semakin langkahku menjauh semakin kucoba kuatkan hati dan berusaha tetap tersenyum hingga sesampainya di terminal Arjosari kami mencari bis jurusan Malang – Tuban , dan kamipun menemukannya . Hatiku semakin bergetar tanganku basah karna keringat dingin yang keluar , aku berdiri di depan pintu gerbang depan itu aku melihat.. mencoba mencari – cari sosok yang benar kuharapkan hadir di detik terakhirku , namun cukup lama aku menanti dalam pengharapan terbesar hasil yang kudapat adalah nihil , kamu gak datang mas.... apakah kamu tahu kaki begitu teras lemas , mataku sudah tak dapat melihat apa – apa lagi dan hanya butiran iar yang terjatuh ... aku coba berpegangan pada tiang untuk menopang tubuhku yang mulai terasa lemas. Hingga aku tersadar bahwa bis akan segera berangkat . Aku mulai melangkah dengan langkah gontai yang telah mirip dengan zombie memasuki bis , mataku tetap melirik ke arah gerbang tempat kedatangan itu berharap kalau – kalau kamu hadir , dan lagi – lagi nihil ................

TO BE CONTINUE.........................................

1 komentar on "Jarak #2"

Yossa Septian Galaguna on 27 Desember 2013 pukul 18.54 mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Posting Komentar