Kamu ingat hari ini tanggal berapa? Sepuluh november dua
ribu tiga belas, berjarak tiga tahun dari tanggal sepuluh
November dua ribu sepuluh . Tiga tahun yang lalu ketika kita terikat
dalam dekapan lembut cinta .
Masih ingatkah kamu mas akan tanggal itu ?
tanggal yang menjadikan kata kamu dan aku menjadi kita . Meski tanpa pernah ada kata jadian, kita melewati lorong – lorong waktu moment indah, menyusuri jalan penuh dengan kenangan yang tak terlupakan hingga saat ini .
tanggal yang menjadikan kata kamu dan aku menjadi kita . Meski tanpa pernah ada kata jadian, kita melewati lorong – lorong waktu moment indah, menyusuri jalan penuh dengan kenangan yang tak terlupakan hingga saat ini .
Awalnya, matamu dan
senyummu tak berarti apa-apa bagiku. Sapa lembutmu, tutur katamu, bukan menjadi
alasan senyumku setiap harinya. Semua mengalir begitu saja, kita tertawa
bersama, kita menghabiskan waktu bersama, tanpa tahu bahwa cinta diam-diam menyergap
dan mulai mengalir di setiap denyut nadiku . Caramu menunjukan sisi lain dari
cinta , membuatku seperti terkena gendam , membawaku turut serta dalam drama
percintaan yang hadir .
Dua ribu sembilan kamu
hadir dan mendekat dengan mudahnya kamu mulai mengoyahkan hati ini , kamu mulai
menarikku dalam ketertarikan akan tentangmu mas ... namun secepat kau hadir secepat
itupula kaupun menghilang meninggalkanku begitu saja tanpa alasan . Aku masih
ingat ketika itu sudah tengah malam ketika aku bersama Ayah berada dalam bis
antar kota di terminal Purabaya , Surabaya . Kami baru saja membeli karcis
untuk tujuan ke kota Malang . Kudapati
pesan singkat darimu yang sungguh membuat remuk hatiku , aku bertanya – tanya apa
salahku hingga engkau sebegitu tega menghancurkan semua harapanku yang sudah
jauh terbang tinggi ke awan – awan .
Lama , dan cukup lama....
sejak pesan singkat terakhirmu tak kudapati lagi kabar tentangmu . kemana kamu mas ? kemana ? kemana ? selalu pertanyaan itu yang menghantuiku . Sejak saat itu pula aku merasakan perasaan kehilangan , entah kenapa setiap udara yang ku hirup selalu terasa sedikit sakit di dalam dadaku .. rasa yang tak bisa aku hindari . Waktu berganti waktu.. minggu berganti minggu... bulan pun berganti bulan , masih selalu saja namamu yang terselip dalam setiap tahajudku, disetiap sela butiran air mata yang terjatuh .
sejak pesan singkat terakhirmu tak kudapati lagi kabar tentangmu . kemana kamu mas ? kemana ? kemana ? selalu pertanyaan itu yang menghantuiku . Sejak saat itu pula aku merasakan perasaan kehilangan , entah kenapa setiap udara yang ku hirup selalu terasa sedikit sakit di dalam dadaku .. rasa yang tak bisa aku hindari . Waktu berganti waktu.. minggu berganti minggu... bulan pun berganti bulan , masih selalu saja namamu yang terselip dalam setiap tahajudku, disetiap sela butiran air mata yang terjatuh .
Enam bulan ,
kamu meninggalkanku dalam kehampaan dan bulir – bulir penantian yang tak berakhir. Rindu itu mulai membunuhku dalam setiap pengharapan akan kahadiranmu , namun hal itu tak mampu membuat cinta yang mengalir itu berhenti begitu saja . Aku menunggu dan selalu menunggu kalau – kalau kamu kembali , dan sepertinya Tuhan menjawab semua doa dan harapanku .
kamu meninggalkanku dalam kehampaan dan bulir – bulir penantian yang tak berakhir. Rindu itu mulai membunuhku dalam setiap pengharapan akan kahadiranmu , namun hal itu tak mampu membuat cinta yang mengalir itu berhenti begitu saja . Aku menunggu dan selalu menunggu kalau – kalau kamu kembali , dan sepertinya Tuhan menjawab semua doa dan harapanku .
Kamu hadir................
Kamu kembali mas............
rona merah jambu itu kini hadir kembalidi pipiku dan sepertinya dapat kurasakan denyut nadi yang selama ini terasa lemah mulai menguat .
Tatap mata yang tajam sarat penuh makna namun begitu hangat dan bersahabat itu kembali lagi .Saat menatap matamu, ada kata-kata yang sulit keluar dari bibirku. Saat mendengar sapa manjamu, tercipta rasa yang begitu lemah untuk kutunjukkan walaupun aku sedang berada bersamamu. Aku diam, saat menatap matamu apalagi mendengar suaramu. Aku membiarkan diriku jatuh dalam atmosfir rindu yang mengekang dan membuatku sekarat. Aku membiarkan diriku tersiksa oleh angan yang kauciptakan dalam magisnya kehadiranmu.
Kamu kembali mas............
rona merah jambu itu kini hadir kembalidi pipiku dan sepertinya dapat kurasakan denyut nadi yang selama ini terasa lemah mulai menguat .
Tatap mata yang tajam sarat penuh makna namun begitu hangat dan bersahabat itu kembali lagi .Saat menatap matamu, ada kata-kata yang sulit keluar dari bibirku. Saat mendengar sapa manjamu, tercipta rasa yang begitu lemah untuk kutunjukkan walaupun aku sedang berada bersamamu. Aku diam, saat menatap matamu apalagi mendengar suaramu. Aku membiarkan diriku jatuh dalam atmosfir rindu yang mengekang dan membuatku sekarat. Aku membiarkan diriku tersiksa oleh angan yang kauciptakan dalam magisnya kehadiranmu.
Melihatmu dari sisi gelapku adalah hal yang sangat ku
nikmati , merindukanmu dalam setiap sujudku adalah hal terindah ... dan aku
berfikir hal apakah yang mampu membuatku sebahagia ini nantinya ???
Dengan kebisuan yang kausampaikan padaku. Kita hanya
berbicara lewat tatapan mata, kita hanya saling mengungkapkan lewat
sentuhan-sentuhan kecil . ketika kurasakan lengkapnya duniaku akan hadirmu,
ketika kurasakan betapa indahnya kasih sayang yang engkau berikan , sungguh
semua hal itu membuatku merasa lengkap .
Aku menyukaimu yang mencintaiku dengan sederhana ,
kamu mengajarkanku akan indahnya cinta yang sederhan . Dan tak pernah aku
membayangkan bahwa perpisahan akan hadir dan ikut serta dalam langkah
kebersamaan kita .
Jarak..............
kata yang singkat tapi bermakna menyakitkan , betapa hancurnya aku ketika harus kulalui hari – hari itu tanpa hadirmu , sosok yang membuatku kuat dan membuatku dapat memandang sisi lain dari dunia .
kata yang singkat tapi bermakna menyakitkan , betapa hancurnya aku ketika harus kulalui hari – hari itu tanpa hadirmu , sosok yang membuatku kuat dan membuatku dapat memandang sisi lain dari dunia .
Pengumuman yang kamu tunggu telah keluar ...
dalam keheningan aku coba menetralisir perasaanku , aku tak ingin terlihat kecewa di depanmu .. kucoba tetap siratkan senyum di bibirku . aku telah jauh menyadari bahwa kamu memang harus memilih jalan itu , tapi aku selalu percayakan hati ini bahwa takkan pernah ada kata pisah di antara kita .
dalam keheningan aku coba menetralisir perasaanku , aku tak ingin terlihat kecewa di depanmu .. kucoba tetap siratkan senyum di bibirku . aku telah jauh menyadari bahwa kamu memang harus memilih jalan itu , tapi aku selalu percayakan hati ini bahwa takkan pernah ada kata pisah di antara kita .
Namun sepertinya takdir berkata lain ,
spertinya Tuhan ingin mengujiku sekali lagi .....
yahh.. kamu pasti akan pergi ke Korea untuk melanjutkan pekerjaanmu dan aku harus melanjutkan sekolahku ke Palembang .
spertinya Tuhan ingin mengujiku sekali lagi .....
yahh.. kamu pasti akan pergi ke Korea untuk melanjutkan pekerjaanmu dan aku harus melanjutkan sekolahku ke Palembang .
Pada suatu saat ketika kita duduk berdua di ruang tengah rumahku , kita
berbincang – bincang sderhana di atas karpet merah tua itu .
Dekat ... dekat.. dan semakin dekat , ini untuk
pertama kalinya kita duduk sedekat ini , kamu berkata pelan “ apakah mas boleh
menyentuh tangan woel? “ dan anggukan lemahlah yang menjadi pertanda
Dan itu pertama kalinya setelah sekian lama kita
menjalani bersama , dapat kurasakan hangat tanganmu yang di campur basah
keringat di tangan kita berdua , kita terdiam beberapa saat dalam kehangat itu
. Tak ada kata yang mampu keluar dari bibirku saat itu .. seakan2
dapat mendengar detak jantung masing – masing , sesaat kamu berkata tentang hal
konyol yang membuat kita tertawa bersama . Namun saat itu pula aku tak mampu
menahan rasa sakit membayangkan bahwa kita akan berpisah , mulai bulir air mata itu terjatuh di sudut mata
ini ... dan hal yang tak kusangka kamu pun menitihkan air mata , dalam tangisan
yang mengalir di pipi kita, kamu mencoba tersenyum dan akupun begitu...
Tanpa ada satu katapun yang terucap , kamu mendekapku
kedalam pelukanmu.................
0 komentar:
Posting Komentar