Pages

Selasa, 24 Desember 2013

Jarak



Kamu ingat hari ini tanggal berapa? Sepuluh november dua ribu tiga belas, berjarak tiga tahun dari tanggal  sepuluh  November dua ribu sepuluh . Tiga tahun yang lalu ketika kita terikat dalam dekapan lembut cinta .
Masih ingatkah kamu mas akan tanggal itu ?
tanggal yang menjadikan kata kamu dan aku menjadi kita . Meski tanpa pernah ada kata jadian, kita melewati lorong – lorong waktu moment indah, menyusuri jalan penuh dengan kenangan yang tak terlupakan hingga saat ini .
Awalnya, matamu dan senyummu tak berarti apa-apa bagiku. Sapa lembutmu, tutur katamu, bukan menjadi alasan senyumku setiap harinya. Semua mengalir begitu saja, kita tertawa bersama, kita menghabiskan waktu bersama, tanpa tahu bahwa cinta diam-diam menyergap dan mulai mengalir di setiap denyut nadiku . Caramu menunjukan sisi lain dari cinta , membuatku seperti terkena gendam , membawaku turut serta dalam drama percintaan yang hadir .
Dua ribu sembilan kamu hadir dan mendekat dengan mudahnya kamu mulai mengoyahkan hati ini , kamu mulai menarikku dalam ketertarikan akan tentangmu mas ... namun secepat kau hadir secepat itupula kaupun menghilang meninggalkanku begitu saja tanpa alasan . Aku masih ingat ketika itu sudah tengah malam ketika aku bersama Ayah berada dalam bis antar kota di terminal Purabaya , Surabaya . Kami baru saja membeli karcis untuk tujuan ke kota Malang  . Kudapati pesan singkat darimu yang sungguh membuat remuk hatiku , aku bertanya – tanya apa salahku hingga engkau sebegitu tega menghancurkan semua harapanku yang sudah jauh terbang tinggi ke awan – awan .
Lama , dan cukup lama....
sejak pesan singkat terakhirmu tak kudapati lagi kabar tentangmu . kemana kamu mas ? kemana ? kemana ? selalu pertanyaan itu yang menghantuiku . Sejak saat itu pula aku merasakan perasaan kehilangan , entah kenapa setiap udara yang ku hirup selalu terasa sedikit sakit di dalam dadaku .. rasa yang tak bisa aku hindari . Waktu berganti waktu.. minggu berganti minggu... bulan pun berganti bulan , masih selalu saja namamu yang terselip dalam setiap tahajudku, disetiap sela butiran air mata yang terjatuh .
Enam bulan ,
kamu meninggalkanku dalam kehampaan dan bulir – bulir penantian yang tak berakhir. Rindu itu mulai membunuhku dalam setiap pengharapan akan kahadiranmu , namun hal itu tak mampu membuat cinta yang mengalir itu berhenti begitu saja . Aku menunggu dan selalu menunggu kalau – kalau kamu kembali , dan sepertinya Tuhan menjawab semua doa dan harapanku .
Kamu hadir................
Kamu kembali mas............
rona merah jambu itu kini hadir kembalidi pipiku dan sepertinya dapat kurasakan denyut nadi yang selama ini terasa lemah mulai menguat .
Tatap mata yang tajam sarat penuh makna namun begitu hangat dan bersahabat itu kembali lagi .Saat menatap matamu, ada kata-kata yang sulit keluar dari bibirku. Saat mendengar sapa manjamu, tercipta rasa yang begitu lemah untuk kutunjukkan walaupun aku sedang berada bersamamu. Aku diam, saat menatap matamu apalagi mendengar suaramu. Aku membiarkan diriku jatuh dalam atmosfir rindu yang mengekang dan membuatku sekarat. Aku membiarkan diriku tersiksa oleh angan yang kauciptakan dalam magisnya kehadiranmu.

Melihatmu dari sisi gelapku adalah hal yang sangat ku nikmati , merindukanmu dalam setiap sujudku adalah hal terindah ... dan aku berfikir hal apakah yang mampu membuatku sebahagia ini nantinya ???
Dengan kebisuan yang kausampaikan padaku. Kita hanya berbicara lewat tatapan mata, kita hanya saling mengungkapkan lewat sentuhan-sentuhan kecil . ketika kurasakan lengkapnya duniaku akan hadirmu, ketika kurasakan betapa indahnya kasih sayang yang engkau berikan , sungguh semua hal itu membuatku merasa lengkap .

Aku menyukaimu yang mencintaiku dengan sederhana , kamu mengajarkanku akan indahnya cinta yang sederhan . Dan tak pernah aku membayangkan bahwa perpisahan akan hadir dan ikut serta dalam langkah kebersamaan kita .

Jarak..............
kata yang singkat tapi bermakna menyakitkan , betapa hancurnya aku ketika harus kulalui hari – hari itu tanpa hadirmu , sosok yang membuatku kuat dan membuatku dapat memandang sisi lain dari dunia .
Pengumuman yang kamu tunggu telah keluar ...
dalam keheningan aku coba menetralisir perasaanku , aku tak ingin terlihat kecewa di depanmu .. kucoba tetap siratkan senyum di bibirku . aku telah jauh menyadari bahwa kamu memang harus memilih jalan itu , tapi aku selalu percayakan hati ini bahwa takkan pernah ada kata pisah di antara kita .
Namun sepertinya takdir berkata lain ,
spertinya Tuhan ingin mengujiku sekali lagi ..... 
yahh.. kamu pasti akan pergi ke Korea untuk melanjutkan pekerjaanmu dan aku harus melanjutkan sekolahku ke Palembang .
Pada suatu saat ketika kita duduk  berdua di ruang tengah rumahku , kita berbincang – bincang sderhana di atas karpet merah tua itu .

Dekat ... dekat.. dan semakin dekat , ini untuk pertama kalinya kita duduk sedekat ini , kamu berkata pelan “ apakah mas boleh menyentuh tangan woel? “ dan anggukan lemahlah yang menjadi pertanda
Dan itu pertama kalinya setelah sekian lama kita menjalani bersama , dapat kurasakan hangat tanganmu yang di campur basah keringat di tangan kita berdua , kita terdiam beberapa saat dalam kehangat itu . Tak ada kata yang mampu keluar dari bibirku saat itu .. seakan2 dapat mendengar detak jantung masing – masing , sesaat kamu berkata tentang hal konyol yang membuat kita tertawa bersama . Namun saat itu pula aku tak mampu menahan rasa sakit membayangkan bahwa kita akan berpisah ,  mulai bulir air mata itu terjatuh di sudut mata ini ... dan hal yang tak kusangka kamu pun menitihkan air mata , dalam tangisan yang mengalir di pipi kita, kamu mencoba tersenyum dan akupun begitu...
Tanpa ada satu katapun yang terucap , kamu mendekapku kedalam pelukanmu.................

0 komentar:

Posting Komentar

Selasa, 24 Desember 2013

Jarak



Kamu ingat hari ini tanggal berapa? Sepuluh november dua ribu tiga belas, berjarak tiga tahun dari tanggal  sepuluh  November dua ribu sepuluh . Tiga tahun yang lalu ketika kita terikat dalam dekapan lembut cinta .
Masih ingatkah kamu mas akan tanggal itu ?
tanggal yang menjadikan kata kamu dan aku menjadi kita . Meski tanpa pernah ada kata jadian, kita melewati lorong – lorong waktu moment indah, menyusuri jalan penuh dengan kenangan yang tak terlupakan hingga saat ini .
Awalnya, matamu dan senyummu tak berarti apa-apa bagiku. Sapa lembutmu, tutur katamu, bukan menjadi alasan senyumku setiap harinya. Semua mengalir begitu saja, kita tertawa bersama, kita menghabiskan waktu bersama, tanpa tahu bahwa cinta diam-diam menyergap dan mulai mengalir di setiap denyut nadiku . Caramu menunjukan sisi lain dari cinta , membuatku seperti terkena gendam , membawaku turut serta dalam drama percintaan yang hadir .
Dua ribu sembilan kamu hadir dan mendekat dengan mudahnya kamu mulai mengoyahkan hati ini , kamu mulai menarikku dalam ketertarikan akan tentangmu mas ... namun secepat kau hadir secepat itupula kaupun menghilang meninggalkanku begitu saja tanpa alasan . Aku masih ingat ketika itu sudah tengah malam ketika aku bersama Ayah berada dalam bis antar kota di terminal Purabaya , Surabaya . Kami baru saja membeli karcis untuk tujuan ke kota Malang  . Kudapati pesan singkat darimu yang sungguh membuat remuk hatiku , aku bertanya – tanya apa salahku hingga engkau sebegitu tega menghancurkan semua harapanku yang sudah jauh terbang tinggi ke awan – awan .
Lama , dan cukup lama....
sejak pesan singkat terakhirmu tak kudapati lagi kabar tentangmu . kemana kamu mas ? kemana ? kemana ? selalu pertanyaan itu yang menghantuiku . Sejak saat itu pula aku merasakan perasaan kehilangan , entah kenapa setiap udara yang ku hirup selalu terasa sedikit sakit di dalam dadaku .. rasa yang tak bisa aku hindari . Waktu berganti waktu.. minggu berganti minggu... bulan pun berganti bulan , masih selalu saja namamu yang terselip dalam setiap tahajudku, disetiap sela butiran air mata yang terjatuh .
Enam bulan ,
kamu meninggalkanku dalam kehampaan dan bulir – bulir penantian yang tak berakhir. Rindu itu mulai membunuhku dalam setiap pengharapan akan kahadiranmu , namun hal itu tak mampu membuat cinta yang mengalir itu berhenti begitu saja . Aku menunggu dan selalu menunggu kalau – kalau kamu kembali , dan sepertinya Tuhan menjawab semua doa dan harapanku .
Kamu hadir................
Kamu kembali mas............
rona merah jambu itu kini hadir kembalidi pipiku dan sepertinya dapat kurasakan denyut nadi yang selama ini terasa lemah mulai menguat .
Tatap mata yang tajam sarat penuh makna namun begitu hangat dan bersahabat itu kembali lagi .Saat menatap matamu, ada kata-kata yang sulit keluar dari bibirku. Saat mendengar sapa manjamu, tercipta rasa yang begitu lemah untuk kutunjukkan walaupun aku sedang berada bersamamu. Aku diam, saat menatap matamu apalagi mendengar suaramu. Aku membiarkan diriku jatuh dalam atmosfir rindu yang mengekang dan membuatku sekarat. Aku membiarkan diriku tersiksa oleh angan yang kauciptakan dalam magisnya kehadiranmu.

Melihatmu dari sisi gelapku adalah hal yang sangat ku nikmati , merindukanmu dalam setiap sujudku adalah hal terindah ... dan aku berfikir hal apakah yang mampu membuatku sebahagia ini nantinya ???
Dengan kebisuan yang kausampaikan padaku. Kita hanya berbicara lewat tatapan mata, kita hanya saling mengungkapkan lewat sentuhan-sentuhan kecil . ketika kurasakan lengkapnya duniaku akan hadirmu, ketika kurasakan betapa indahnya kasih sayang yang engkau berikan , sungguh semua hal itu membuatku merasa lengkap .

Aku menyukaimu yang mencintaiku dengan sederhana , kamu mengajarkanku akan indahnya cinta yang sederhan . Dan tak pernah aku membayangkan bahwa perpisahan akan hadir dan ikut serta dalam langkah kebersamaan kita .

Jarak..............
kata yang singkat tapi bermakna menyakitkan , betapa hancurnya aku ketika harus kulalui hari – hari itu tanpa hadirmu , sosok yang membuatku kuat dan membuatku dapat memandang sisi lain dari dunia .
Pengumuman yang kamu tunggu telah keluar ...
dalam keheningan aku coba menetralisir perasaanku , aku tak ingin terlihat kecewa di depanmu .. kucoba tetap siratkan senyum di bibirku . aku telah jauh menyadari bahwa kamu memang harus memilih jalan itu , tapi aku selalu percayakan hati ini bahwa takkan pernah ada kata pisah di antara kita .
Namun sepertinya takdir berkata lain ,
spertinya Tuhan ingin mengujiku sekali lagi ..... 
yahh.. kamu pasti akan pergi ke Korea untuk melanjutkan pekerjaanmu dan aku harus melanjutkan sekolahku ke Palembang .
Pada suatu saat ketika kita duduk  berdua di ruang tengah rumahku , kita berbincang – bincang sderhana di atas karpet merah tua itu .

Dekat ... dekat.. dan semakin dekat , ini untuk pertama kalinya kita duduk sedekat ini , kamu berkata pelan “ apakah mas boleh menyentuh tangan woel? “ dan anggukan lemahlah yang menjadi pertanda
Dan itu pertama kalinya setelah sekian lama kita menjalani bersama , dapat kurasakan hangat tanganmu yang di campur basah keringat di tangan kita berdua , kita terdiam beberapa saat dalam kehangat itu . Tak ada kata yang mampu keluar dari bibirku saat itu .. seakan2 dapat mendengar detak jantung masing – masing , sesaat kamu berkata tentang hal konyol yang membuat kita tertawa bersama . Namun saat itu pula aku tak mampu menahan rasa sakit membayangkan bahwa kita akan berpisah ,  mulai bulir air mata itu terjatuh di sudut mata ini ... dan hal yang tak kusangka kamu pun menitihkan air mata , dalam tangisan yang mengalir di pipi kita, kamu mencoba tersenyum dan akupun begitu...
Tanpa ada satu katapun yang terucap , kamu mendekapku kedalam pelukanmu.................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selasa, 24 Desember 2013

Jarak

Diposting oleh Unknown di 15.57


Kamu ingat hari ini tanggal berapa? Sepuluh november dua ribu tiga belas, berjarak tiga tahun dari tanggal  sepuluh  November dua ribu sepuluh . Tiga tahun yang lalu ketika kita terikat dalam dekapan lembut cinta .
Masih ingatkah kamu mas akan tanggal itu ?
tanggal yang menjadikan kata kamu dan aku menjadi kita . Meski tanpa pernah ada kata jadian, kita melewati lorong – lorong waktu moment indah, menyusuri jalan penuh dengan kenangan yang tak terlupakan hingga saat ini .
Awalnya, matamu dan senyummu tak berarti apa-apa bagiku. Sapa lembutmu, tutur katamu, bukan menjadi alasan senyumku setiap harinya. Semua mengalir begitu saja, kita tertawa bersama, kita menghabiskan waktu bersama, tanpa tahu bahwa cinta diam-diam menyergap dan mulai mengalir di setiap denyut nadiku . Caramu menunjukan sisi lain dari cinta , membuatku seperti terkena gendam , membawaku turut serta dalam drama percintaan yang hadir .
Dua ribu sembilan kamu hadir dan mendekat dengan mudahnya kamu mulai mengoyahkan hati ini , kamu mulai menarikku dalam ketertarikan akan tentangmu mas ... namun secepat kau hadir secepat itupula kaupun menghilang meninggalkanku begitu saja tanpa alasan . Aku masih ingat ketika itu sudah tengah malam ketika aku bersama Ayah berada dalam bis antar kota di terminal Purabaya , Surabaya . Kami baru saja membeli karcis untuk tujuan ke kota Malang  . Kudapati pesan singkat darimu yang sungguh membuat remuk hatiku , aku bertanya – tanya apa salahku hingga engkau sebegitu tega menghancurkan semua harapanku yang sudah jauh terbang tinggi ke awan – awan .
Lama , dan cukup lama....
sejak pesan singkat terakhirmu tak kudapati lagi kabar tentangmu . kemana kamu mas ? kemana ? kemana ? selalu pertanyaan itu yang menghantuiku . Sejak saat itu pula aku merasakan perasaan kehilangan , entah kenapa setiap udara yang ku hirup selalu terasa sedikit sakit di dalam dadaku .. rasa yang tak bisa aku hindari . Waktu berganti waktu.. minggu berganti minggu... bulan pun berganti bulan , masih selalu saja namamu yang terselip dalam setiap tahajudku, disetiap sela butiran air mata yang terjatuh .
Enam bulan ,
kamu meninggalkanku dalam kehampaan dan bulir – bulir penantian yang tak berakhir. Rindu itu mulai membunuhku dalam setiap pengharapan akan kahadiranmu , namun hal itu tak mampu membuat cinta yang mengalir itu berhenti begitu saja . Aku menunggu dan selalu menunggu kalau – kalau kamu kembali , dan sepertinya Tuhan menjawab semua doa dan harapanku .
Kamu hadir................
Kamu kembali mas............
rona merah jambu itu kini hadir kembalidi pipiku dan sepertinya dapat kurasakan denyut nadi yang selama ini terasa lemah mulai menguat .
Tatap mata yang tajam sarat penuh makna namun begitu hangat dan bersahabat itu kembali lagi .Saat menatap matamu, ada kata-kata yang sulit keluar dari bibirku. Saat mendengar sapa manjamu, tercipta rasa yang begitu lemah untuk kutunjukkan walaupun aku sedang berada bersamamu. Aku diam, saat menatap matamu apalagi mendengar suaramu. Aku membiarkan diriku jatuh dalam atmosfir rindu yang mengekang dan membuatku sekarat. Aku membiarkan diriku tersiksa oleh angan yang kauciptakan dalam magisnya kehadiranmu.

Melihatmu dari sisi gelapku adalah hal yang sangat ku nikmati , merindukanmu dalam setiap sujudku adalah hal terindah ... dan aku berfikir hal apakah yang mampu membuatku sebahagia ini nantinya ???
Dengan kebisuan yang kausampaikan padaku. Kita hanya berbicara lewat tatapan mata, kita hanya saling mengungkapkan lewat sentuhan-sentuhan kecil . ketika kurasakan lengkapnya duniaku akan hadirmu, ketika kurasakan betapa indahnya kasih sayang yang engkau berikan , sungguh semua hal itu membuatku merasa lengkap .

Aku menyukaimu yang mencintaiku dengan sederhana , kamu mengajarkanku akan indahnya cinta yang sederhan . Dan tak pernah aku membayangkan bahwa perpisahan akan hadir dan ikut serta dalam langkah kebersamaan kita .

Jarak..............
kata yang singkat tapi bermakna menyakitkan , betapa hancurnya aku ketika harus kulalui hari – hari itu tanpa hadirmu , sosok yang membuatku kuat dan membuatku dapat memandang sisi lain dari dunia .
Pengumuman yang kamu tunggu telah keluar ...
dalam keheningan aku coba menetralisir perasaanku , aku tak ingin terlihat kecewa di depanmu .. kucoba tetap siratkan senyum di bibirku . aku telah jauh menyadari bahwa kamu memang harus memilih jalan itu , tapi aku selalu percayakan hati ini bahwa takkan pernah ada kata pisah di antara kita .
Namun sepertinya takdir berkata lain ,
spertinya Tuhan ingin mengujiku sekali lagi ..... 
yahh.. kamu pasti akan pergi ke Korea untuk melanjutkan pekerjaanmu dan aku harus melanjutkan sekolahku ke Palembang .
Pada suatu saat ketika kita duduk  berdua di ruang tengah rumahku , kita berbincang – bincang sderhana di atas karpet merah tua itu .

Dekat ... dekat.. dan semakin dekat , ini untuk pertama kalinya kita duduk sedekat ini , kamu berkata pelan “ apakah mas boleh menyentuh tangan woel? “ dan anggukan lemahlah yang menjadi pertanda
Dan itu pertama kalinya setelah sekian lama kita menjalani bersama , dapat kurasakan hangat tanganmu yang di campur basah keringat di tangan kita berdua , kita terdiam beberapa saat dalam kehangat itu . Tak ada kata yang mampu keluar dari bibirku saat itu .. seakan2 dapat mendengar detak jantung masing – masing , sesaat kamu berkata tentang hal konyol yang membuat kita tertawa bersama . Namun saat itu pula aku tak mampu menahan rasa sakit membayangkan bahwa kita akan berpisah ,  mulai bulir air mata itu terjatuh di sudut mata ini ... dan hal yang tak kusangka kamu pun menitihkan air mata , dalam tangisan yang mengalir di pipi kita, kamu mencoba tersenyum dan akupun begitu...
Tanpa ada satu katapun yang terucap , kamu mendekapku kedalam pelukanmu.................

0 komentar on "Jarak"

Posting Komentar