Bis melaju perlahan namun pasti mulai meninggalkan
terminal , seakan tak ingin kehilangan kesempatan terakhir untuk melihat kota
kelahiranku itu .. ku buka mataku lebar – lebar dan tak perkedip sedikitpun .
Semakin lama – semakin cepat laju bis meninggalkan kotaku , aku memang memilih
kursi di pojokan yang dekat dengan jendela melihat banyak kerumunan kendaraan
berlalu lalang di jalanan .
“
selamat tinggal kotaku , selamat datang Palembang . aku akan kembali kotaku ...
yah someday “
Tuban ,
12.15 WIB
Udara yang panas ini semakin membuatku susah tuk
memejamkan mata, sedari tadi pikiranku tetap melayang pada pemikiran ada apa
denganmu mas ??? setiap memikirkan itu , hatiku terasa pilu seseak kembali
menyergap di dalam relung hatiku yang membuat aku ingin berteriak sekencang –
kencangnya .
Aku menatap langit malam itu yang begitu cerah
dihiasi sang purnama dan berusaha menyampaikan perasaanku lewat semilir angin
itu dan berharap angin itu dapat menyampaikan sejuta pertanyaan kerinduanku kepadamu
. Malang – Tuban membutuhkan waktu kurang lebih 4 jam , cukup lama...dan hal
itu membuatku berfikir, dengan jarak seperti ini saja hatiku sudah tak tenang
dan selalu merindukanmu . Terkadang aku berfikir apakah aku sanggup menunggu
kamu selama 5 tahun dengan jarak yang begitu jauh Korea – Palembang ?? , kamu
pasti kembali ke Malang sedangkan aku belum tentu akan kembali . Disetiap aku
berlutut dan berdoa aku menanyakan hal itu kepada Tuhan , aku berharap Tuhan
akan menjawabnya kembali seperti doa – doaku sebelumnya .
Kubuka handphoneku yang sedari tadi siang aku
matikan , dan tak lama ada sebuah pesanmasuk darimu , yahhh darimu.... hatiku
bergertar ketika menerima pesan itu ,entah antara perasaan penasaran , takut ,
sedih , senang .. aku tak tahu .. ,,
“maaf woel mas gak bisa nganter soalnya motor mas di pakek ibu mas pergi“
“ maaf woel mas gak bisa nganter soalnya motor mas di pakek ibu mas pergi “
“woel kok gak di bales ?”
“woel nanti sore mas kerumah . “
“woel mas di depan rumah “
“ternyata udah gak ada “
Hatiku sakit membacanya , aku memaki diriku
sendiri kenapa aku harus pergi lebih awal ?? seandainya aku pergi sore mungkin
aku masih bisa bertemu dengannya . Aku membenci diriku pada saat itu ,
melewatkan kesempatan terakhir untuk bertemu . Namun aku berusaha menyadari ,
semua ini mungkin akan ada hikmahnya.. mungkin Tuhan memang telah menentukan
hal ini .
Handphoneku berdering ,
dengan mata yang berlinangan air mata pandangnku mulai kabur untuk melihat
siapa pemanggilnya dan ternyata dia .. hening menjadi awal dari pembukaan
telfon itu , hingga kamu memulai pembicaraan dan jawaban – jawaban singkatlah
yang mengiringi percakapan malam itu , aku coba menahan isak tanggisku mencoba
bersuara seriang mungkin agar tak terlihat betapa menyedihkannya diriku saat
itu . Aku memang payah dalam hal acting , kaupun menyadari tanggisku suaramu
mulai terdengar samar – samar di telingga dan yang terdengar kini hanya suara
lirih dari tanggisan yang tertahan antara kita berdua . Kita hanya menyuarakan
kerinduan dan semua kalrifikasi lewat suara yang tak jelas itu . Malam itu
terasa panjang dan menyakitkan , hingga telfon itu mati sendiri . Mataku terasa
begitu berat dan lelah , begitu sulit untukku membedakan kenyataan dan alam
bawah sadarku .
Pukul 16.00 WIB ,
kami berdiri menunggu bis Lorena ..bis yang akan mengantarkan kami menuju
Palembang .. “selamat tinggal Tuban , terimakasih untuk malam yang menenangkan “
aku dan keluarga mulai memasuki bis , kami mengucapkan salam perpisahan
terakhir kepada Om, tante dan adik sepupu kami Dalas lewat ambaian tangan kecil
. Kini perjalan menuju ke Palembang akan
di mulai, “aku harus kuat .. aku kuat “ kata
– kata itu yang aku coba tanamkan seiring laji bis meninggalakan kota Tuban .
* * *
Sepanjang perjalan bis dari Tuban menuju Bogor,
tak hentinya hatiku berfikir tentangmu . Kenapa dan mengapa adalah pertanyaan
yang sudah seperti balon besar yang siap meletus ketika menemukan titik jenuh ,
semuanya masih terekam jelas di otakku ketika aku berusaha menanyakan kabar tak
satupun pesanku yang kamu balas , tak satupun telfonku kamu angkat dan semua
itu semakin membuatku tak mengerti . Aku mencaridan terus mencari alasan apakah
yang membuatmu berubah seperti ini mas ? aku bahkan tak mengenalimu saat itu ?
.
Apakah kamu tahu mas,
setiap hari telah berubah malam aku selalu berdoa agar kamu menghubungiku ..
bulan tiap malam harinya menjadi tempat curhatku , semilir angin selalu menjadi
sarana untuk menghembuskan kerinduan padamu sepanjang perjalanan itu . Aku
benar tak mengerti ketika kamu membuat status seakan tak terjadi apa – apa ,
seakan – akan hatimu memang tak pernah terluka .. namun menagapa tiada balasan
satupun atas keraguanku itu . Sampai di Bogor kami harus transit dan berganti
bis menuju pulau Sumatera , aku menyambut hal itu dengan sedikit semangat yang
tersisa dan harapan yang mulai ku tanam kembali .
Kapal feri mulai meninggalkan pelabuhan Tanjung
Periuk , semakin cepat dan semakin cepat meniggalkan pulau Jawa dan seiring itu
pula aku berharap dengan di pisahkan oleh laut ini akan mudah untukku
melupakanmu . Perjalanan indah yang aku impikan ternyata tak seindah
kedengarannya dan harapanku , bukan mudah untukku kembali bangkit dan menata
hidupku yang dari nol . Sejak saat aku meninggalkan pulau Jawa aku bertekad
untuk melupakanmu bertekad untuk hidup jauh lebih bahagia , namun semuanya itu
tak semudah yang aku bayangkan .
Selalu fase kritis menjadi pengiring dalam
langkahku saat itu , setiap tahajudku aku hanya meminta kepada Tuhan agar aku
bisa lupa . Semakin kuat aku berusaha melupakanmu semakin gencar pula kenangan
itu hadir dan tak berhenti menyiksaku . Aku fikir aku sudah kuat dan bisa
menerima kenyataan, tapi aku salah .... aku masih sering terluka ketika melihat
statusmu gembira tanpa sedikit sakit yang kau tunjukan . Yahh ... kamu memang
aktor yang handal dalam dunia sandiwara ini , aku akui itu .. mata tajam sorot
penuh makna itu memang adalah hal yang teristimewa yang mampu menutupi semua
kenyataan yang ada .
Terhitung sejak satu setengah tahun lalu aku
meninggalkan Kota Malang, sejak kata kita tak lagi berarti dan kembali berpisah
menjadi aku dan kamu . Seandainya kamu tahu mas betapa menyedihkannya diriku ,
betapa sulitnya bagiku untuk bersandiwara di depan mereka semua . Seandainya
kamu tahu bagaimana tersiksanya aku ketika mendegar lagu – lagu yang menjadi
kesukaanmu . Aku terluka , dengan luka yang tak mampu di ungkap dan hanya
Tuhanlah yang mengetahuinya . Aku berharap dengan seiring perjalan ini seiring
itu pula perasaanku ke kamu bisa hilang . Namun aku salah , aku bodoh... teori
konyolku ternyata tak berguna.
TO
BE CONTINUE.......................