Pages

Minggu, 29 Desember 2013

Jarak #3



Bis melaju perlahan namun pasti mulai meninggalkan terminal , seakan tak ingin kehilangan kesempatan terakhir untuk melihat kota kelahiranku itu .. ku buka mataku lebar – lebar dan tak perkedip sedikitpun . Semakin lama – semakin cepat laju bis meninggalkan kotaku , aku memang memilih kursi di pojokan yang dekat dengan jendela melihat banyak kerumunan kendaraan berlalu lalang di jalanan  .

“ selamat tinggal kotaku , selamat datang Palembang . aku akan kembali kotaku ... yah someday “

Tuban ,
12.15 WIB
Udara yang panas ini semakin membuatku susah tuk memejamkan mata, sedari tadi pikiranku tetap melayang pada pemikiran ada apa denganmu mas ??? setiap memikirkan itu , hatiku terasa pilu seseak kembali menyergap di dalam relung hatiku yang membuat aku ingin berteriak sekencang – kencangnya .
Aku menatap langit malam itu yang begitu cerah dihiasi sang purnama dan berusaha menyampaikan perasaanku lewat semilir angin itu dan berharap angin itu dapat menyampaikan sejuta pertanyaan kerinduanku kepadamu . Malang – Tuban membutuhkan waktu kurang lebih 4 jam , cukup lama...dan hal itu membuatku berfikir, dengan jarak seperti ini saja hatiku sudah tak tenang dan selalu merindukanmu . Terkadang aku berfikir apakah aku sanggup menunggu kamu selama 5 tahun dengan jarak yang begitu jauh Korea – Palembang ?? , kamu pasti kembali ke Malang sedangkan aku belum tentu akan kembali . Disetiap aku berlutut dan berdoa aku menanyakan hal itu kepada Tuhan , aku berharap Tuhan akan menjawabnya kembali seperti doa – doaku sebelumnya .
Kubuka handphoneku yang sedari tadi siang aku matikan , dan tak lama ada sebuah pesanmasuk darimu , yahhh darimu.... hatiku bergertar ketika menerima pesan itu ,entah antara perasaan penasaran , takut , sedih , senang .. aku tak tahu .. ,,
“maaf woel mas gak bisa nganter soalnya motor mas di pakek ibu mas pergi“
“ maaf woel mas gak bisa nganter soalnya motor mas di pakek ibu mas pergi “
“woel kok gak di bales ?”
“woel nanti sore mas kerumah . “
“woel mas di depan rumah “
“ternyata udah gak ada “
Hatiku sakit membacanya , aku memaki diriku sendiri kenapa aku harus pergi lebih awal ?? seandainya aku pergi sore mungkin aku masih bisa bertemu dengannya . Aku membenci diriku pada saat itu , melewatkan kesempatan terakhir untuk bertemu . Namun aku berusaha menyadari , semua ini mungkin akan ada hikmahnya.. mungkin Tuhan memang telah menentukan hal ini .
 
Handphoneku berdering ,
dengan mata yang berlinangan air mata pandangnku mulai kabur untuk melihat siapa pemanggilnya dan ternyata dia .. hening menjadi awal dari pembukaan telfon itu , hingga kamu memulai pembicaraan dan jawaban – jawaban singkatlah yang mengiringi percakapan malam itu , aku coba menahan isak tanggisku mencoba bersuara seriang mungkin agar tak terlihat betapa menyedihkannya diriku saat itu . Aku memang payah dalam hal acting , kaupun menyadari tanggisku suaramu mulai terdengar samar – samar di telingga dan yang terdengar kini hanya suara lirih dari tanggisan yang tertahan antara kita berdua . Kita hanya menyuarakan kerinduan dan semua kalrifikasi lewat suara yang tak jelas itu . Malam itu terasa panjang dan menyakitkan , hingga telfon itu mati sendiri . Mataku terasa begitu berat dan lelah , begitu sulit untukku membedakan kenyataan dan alam bawah sadarku .

Pukul 16.00 WIB ,
kami berdiri menunggu bis Lorena ..bis yang akan mengantarkan kami menuju Palembang ..  “selamat tinggal Tuban , terimakasih untuk malam yang menenangkan “
aku dan keluarga mulai memasuki bis , kami mengucapkan salam perpisahan terakhir kepada Om, tante dan adik sepupu kami Dalas lewat ambaian tangan kecil .  Kini perjalan menuju ke Palembang akan di mulai, “aku harus kuat .. aku kuat “ kata – kata itu yang aku coba tanamkan seiring laji bis meninggalakan kota Tuban .

* * *

 Sepanjang perjalan bis dari Tuban menuju Bogor, tak hentinya hatiku berfikir tentangmu . Kenapa dan mengapa adalah pertanyaan yang sudah seperti balon besar yang siap meletus ketika menemukan titik jenuh , semuanya masih terekam jelas di otakku ketika aku berusaha menanyakan kabar tak satupun pesanku yang kamu balas , tak satupun telfonku kamu angkat dan semua itu semakin membuatku tak mengerti . Aku mencaridan terus mencari alasan apakah yang membuatmu berubah seperti ini mas ? aku bahkan tak mengenalimu saat itu ? .
Apakah kamu tahu mas,
setiap hari telah berubah malam aku selalu berdoa agar kamu menghubungiku .. bulan tiap malam harinya menjadi tempat curhatku , semilir angin selalu menjadi sarana untuk menghembuskan kerinduan padamu sepanjang perjalanan itu . Aku benar tak mengerti ketika kamu membuat status seakan tak terjadi apa – apa , seakan – akan hatimu memang tak pernah terluka .. namun menagapa tiada balasan satupun atas keraguanku itu . Sampai di Bogor kami harus transit dan berganti bis menuju pulau Sumatera , aku menyambut hal itu dengan sedikit semangat yang tersisa dan harapan yang mulai ku tanam kembali . 

Kapal feri mulai meninggalkan pelabuhan Tanjung Periuk , semakin cepat dan semakin cepat meniggalkan pulau Jawa dan seiring itu pula aku berharap dengan di pisahkan oleh laut ini akan mudah untukku melupakanmu . Perjalanan indah yang aku impikan ternyata tak seindah kedengarannya dan harapanku , bukan mudah untukku kembali bangkit dan menata hidupku yang dari nol . Sejak saat aku meninggalkan pulau Jawa aku bertekad untuk melupakanmu bertekad untuk hidup jauh lebih bahagia , namun semuanya itu tak semudah yang aku bayangkan .

Selalu fase kritis menjadi pengiring dalam langkahku saat itu , setiap tahajudku aku hanya meminta kepada Tuhan agar aku bisa lupa . Semakin kuat aku berusaha melupakanmu semakin gencar pula kenangan itu hadir dan tak berhenti menyiksaku . Aku fikir aku sudah kuat dan bisa menerima kenyataan, tapi aku salah .... aku masih sering terluka ketika melihat statusmu gembira tanpa sedikit sakit yang kau tunjukan . Yahh ... kamu memang aktor yang handal dalam dunia sandiwara ini , aku akui itu .. mata tajam sorot penuh makna itu memang adalah hal yang teristimewa yang mampu menutupi semua kenyataan yang ada .

Terhitung sejak satu setengah tahun lalu aku meninggalkan Kota Malang, sejak kata kita tak lagi berarti dan kembali berpisah menjadi aku dan kamu . Seandainya kamu tahu mas betapa menyedihkannya diriku , betapa sulitnya bagiku untuk bersandiwara di depan mereka semua . Seandainya kamu tahu bagaimana tersiksanya aku ketika mendegar lagu – lagu yang menjadi kesukaanmu . Aku terluka , dengan luka yang tak mampu di ungkap dan hanya Tuhanlah yang mengetahuinya . Aku berharap dengan seiring perjalan ini seiring itu pula perasaanku ke kamu bisa hilang . Namun aku salah , aku bodoh... teori konyolku ternyata tak berguna.


TO BE CONTINUE.......................

0 komentar:

Posting Komentar

Minggu, 29 Desember 2013

Jarak #3



Bis melaju perlahan namun pasti mulai meninggalkan terminal , seakan tak ingin kehilangan kesempatan terakhir untuk melihat kota kelahiranku itu .. ku buka mataku lebar – lebar dan tak perkedip sedikitpun . Semakin lama – semakin cepat laju bis meninggalkan kotaku , aku memang memilih kursi di pojokan yang dekat dengan jendela melihat banyak kerumunan kendaraan berlalu lalang di jalanan  .

“ selamat tinggal kotaku , selamat datang Palembang . aku akan kembali kotaku ... yah someday “

Tuban ,
12.15 WIB
Udara yang panas ini semakin membuatku susah tuk memejamkan mata, sedari tadi pikiranku tetap melayang pada pemikiran ada apa denganmu mas ??? setiap memikirkan itu , hatiku terasa pilu seseak kembali menyergap di dalam relung hatiku yang membuat aku ingin berteriak sekencang – kencangnya .
Aku menatap langit malam itu yang begitu cerah dihiasi sang purnama dan berusaha menyampaikan perasaanku lewat semilir angin itu dan berharap angin itu dapat menyampaikan sejuta pertanyaan kerinduanku kepadamu . Malang – Tuban membutuhkan waktu kurang lebih 4 jam , cukup lama...dan hal itu membuatku berfikir, dengan jarak seperti ini saja hatiku sudah tak tenang dan selalu merindukanmu . Terkadang aku berfikir apakah aku sanggup menunggu kamu selama 5 tahun dengan jarak yang begitu jauh Korea – Palembang ?? , kamu pasti kembali ke Malang sedangkan aku belum tentu akan kembali . Disetiap aku berlutut dan berdoa aku menanyakan hal itu kepada Tuhan , aku berharap Tuhan akan menjawabnya kembali seperti doa – doaku sebelumnya .
Kubuka handphoneku yang sedari tadi siang aku matikan , dan tak lama ada sebuah pesanmasuk darimu , yahhh darimu.... hatiku bergertar ketika menerima pesan itu ,entah antara perasaan penasaran , takut , sedih , senang .. aku tak tahu .. ,,
“maaf woel mas gak bisa nganter soalnya motor mas di pakek ibu mas pergi“
“ maaf woel mas gak bisa nganter soalnya motor mas di pakek ibu mas pergi “
“woel kok gak di bales ?”
“woel nanti sore mas kerumah . “
“woel mas di depan rumah “
“ternyata udah gak ada “
Hatiku sakit membacanya , aku memaki diriku sendiri kenapa aku harus pergi lebih awal ?? seandainya aku pergi sore mungkin aku masih bisa bertemu dengannya . Aku membenci diriku pada saat itu , melewatkan kesempatan terakhir untuk bertemu . Namun aku berusaha menyadari , semua ini mungkin akan ada hikmahnya.. mungkin Tuhan memang telah menentukan hal ini .
 
Handphoneku berdering ,
dengan mata yang berlinangan air mata pandangnku mulai kabur untuk melihat siapa pemanggilnya dan ternyata dia .. hening menjadi awal dari pembukaan telfon itu , hingga kamu memulai pembicaraan dan jawaban – jawaban singkatlah yang mengiringi percakapan malam itu , aku coba menahan isak tanggisku mencoba bersuara seriang mungkin agar tak terlihat betapa menyedihkannya diriku saat itu . Aku memang payah dalam hal acting , kaupun menyadari tanggisku suaramu mulai terdengar samar – samar di telingga dan yang terdengar kini hanya suara lirih dari tanggisan yang tertahan antara kita berdua . Kita hanya menyuarakan kerinduan dan semua kalrifikasi lewat suara yang tak jelas itu . Malam itu terasa panjang dan menyakitkan , hingga telfon itu mati sendiri . Mataku terasa begitu berat dan lelah , begitu sulit untukku membedakan kenyataan dan alam bawah sadarku .

Pukul 16.00 WIB ,
kami berdiri menunggu bis Lorena ..bis yang akan mengantarkan kami menuju Palembang ..  “selamat tinggal Tuban , terimakasih untuk malam yang menenangkan “
aku dan keluarga mulai memasuki bis , kami mengucapkan salam perpisahan terakhir kepada Om, tante dan adik sepupu kami Dalas lewat ambaian tangan kecil .  Kini perjalan menuju ke Palembang akan di mulai, “aku harus kuat .. aku kuat “ kata – kata itu yang aku coba tanamkan seiring laji bis meninggalakan kota Tuban .

* * *

 Sepanjang perjalan bis dari Tuban menuju Bogor, tak hentinya hatiku berfikir tentangmu . Kenapa dan mengapa adalah pertanyaan yang sudah seperti balon besar yang siap meletus ketika menemukan titik jenuh , semuanya masih terekam jelas di otakku ketika aku berusaha menanyakan kabar tak satupun pesanku yang kamu balas , tak satupun telfonku kamu angkat dan semua itu semakin membuatku tak mengerti . Aku mencaridan terus mencari alasan apakah yang membuatmu berubah seperti ini mas ? aku bahkan tak mengenalimu saat itu ? .
Apakah kamu tahu mas,
setiap hari telah berubah malam aku selalu berdoa agar kamu menghubungiku .. bulan tiap malam harinya menjadi tempat curhatku , semilir angin selalu menjadi sarana untuk menghembuskan kerinduan padamu sepanjang perjalanan itu . Aku benar tak mengerti ketika kamu membuat status seakan tak terjadi apa – apa , seakan – akan hatimu memang tak pernah terluka .. namun menagapa tiada balasan satupun atas keraguanku itu . Sampai di Bogor kami harus transit dan berganti bis menuju pulau Sumatera , aku menyambut hal itu dengan sedikit semangat yang tersisa dan harapan yang mulai ku tanam kembali . 

Kapal feri mulai meninggalkan pelabuhan Tanjung Periuk , semakin cepat dan semakin cepat meniggalkan pulau Jawa dan seiring itu pula aku berharap dengan di pisahkan oleh laut ini akan mudah untukku melupakanmu . Perjalanan indah yang aku impikan ternyata tak seindah kedengarannya dan harapanku , bukan mudah untukku kembali bangkit dan menata hidupku yang dari nol . Sejak saat aku meninggalkan pulau Jawa aku bertekad untuk melupakanmu bertekad untuk hidup jauh lebih bahagia , namun semuanya itu tak semudah yang aku bayangkan .

Selalu fase kritis menjadi pengiring dalam langkahku saat itu , setiap tahajudku aku hanya meminta kepada Tuhan agar aku bisa lupa . Semakin kuat aku berusaha melupakanmu semakin gencar pula kenangan itu hadir dan tak berhenti menyiksaku . Aku fikir aku sudah kuat dan bisa menerima kenyataan, tapi aku salah .... aku masih sering terluka ketika melihat statusmu gembira tanpa sedikit sakit yang kau tunjukan . Yahh ... kamu memang aktor yang handal dalam dunia sandiwara ini , aku akui itu .. mata tajam sorot penuh makna itu memang adalah hal yang teristimewa yang mampu menutupi semua kenyataan yang ada .

Terhitung sejak satu setengah tahun lalu aku meninggalkan Kota Malang, sejak kata kita tak lagi berarti dan kembali berpisah menjadi aku dan kamu . Seandainya kamu tahu mas betapa menyedihkannya diriku , betapa sulitnya bagiku untuk bersandiwara di depan mereka semua . Seandainya kamu tahu bagaimana tersiksanya aku ketika mendegar lagu – lagu yang menjadi kesukaanmu . Aku terluka , dengan luka yang tak mampu di ungkap dan hanya Tuhanlah yang mengetahuinya . Aku berharap dengan seiring perjalan ini seiring itu pula perasaanku ke kamu bisa hilang . Namun aku salah , aku bodoh... teori konyolku ternyata tak berguna.


TO BE CONTINUE.......................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Minggu, 29 Desember 2013

Jarak #3

Diposting oleh Unknown di 21.56


Bis melaju perlahan namun pasti mulai meninggalkan terminal , seakan tak ingin kehilangan kesempatan terakhir untuk melihat kota kelahiranku itu .. ku buka mataku lebar – lebar dan tak perkedip sedikitpun . Semakin lama – semakin cepat laju bis meninggalkan kotaku , aku memang memilih kursi di pojokan yang dekat dengan jendela melihat banyak kerumunan kendaraan berlalu lalang di jalanan  .

“ selamat tinggal kotaku , selamat datang Palembang . aku akan kembali kotaku ... yah someday “

Tuban ,
12.15 WIB
Udara yang panas ini semakin membuatku susah tuk memejamkan mata, sedari tadi pikiranku tetap melayang pada pemikiran ada apa denganmu mas ??? setiap memikirkan itu , hatiku terasa pilu seseak kembali menyergap di dalam relung hatiku yang membuat aku ingin berteriak sekencang – kencangnya .
Aku menatap langit malam itu yang begitu cerah dihiasi sang purnama dan berusaha menyampaikan perasaanku lewat semilir angin itu dan berharap angin itu dapat menyampaikan sejuta pertanyaan kerinduanku kepadamu . Malang – Tuban membutuhkan waktu kurang lebih 4 jam , cukup lama...dan hal itu membuatku berfikir, dengan jarak seperti ini saja hatiku sudah tak tenang dan selalu merindukanmu . Terkadang aku berfikir apakah aku sanggup menunggu kamu selama 5 tahun dengan jarak yang begitu jauh Korea – Palembang ?? , kamu pasti kembali ke Malang sedangkan aku belum tentu akan kembali . Disetiap aku berlutut dan berdoa aku menanyakan hal itu kepada Tuhan , aku berharap Tuhan akan menjawabnya kembali seperti doa – doaku sebelumnya .
Kubuka handphoneku yang sedari tadi siang aku matikan , dan tak lama ada sebuah pesanmasuk darimu , yahhh darimu.... hatiku bergertar ketika menerima pesan itu ,entah antara perasaan penasaran , takut , sedih , senang .. aku tak tahu .. ,,
“maaf woel mas gak bisa nganter soalnya motor mas di pakek ibu mas pergi“
“ maaf woel mas gak bisa nganter soalnya motor mas di pakek ibu mas pergi “
“woel kok gak di bales ?”
“woel nanti sore mas kerumah . “
“woel mas di depan rumah “
“ternyata udah gak ada “
Hatiku sakit membacanya , aku memaki diriku sendiri kenapa aku harus pergi lebih awal ?? seandainya aku pergi sore mungkin aku masih bisa bertemu dengannya . Aku membenci diriku pada saat itu , melewatkan kesempatan terakhir untuk bertemu . Namun aku berusaha menyadari , semua ini mungkin akan ada hikmahnya.. mungkin Tuhan memang telah menentukan hal ini .
 
Handphoneku berdering ,
dengan mata yang berlinangan air mata pandangnku mulai kabur untuk melihat siapa pemanggilnya dan ternyata dia .. hening menjadi awal dari pembukaan telfon itu , hingga kamu memulai pembicaraan dan jawaban – jawaban singkatlah yang mengiringi percakapan malam itu , aku coba menahan isak tanggisku mencoba bersuara seriang mungkin agar tak terlihat betapa menyedihkannya diriku saat itu . Aku memang payah dalam hal acting , kaupun menyadari tanggisku suaramu mulai terdengar samar – samar di telingga dan yang terdengar kini hanya suara lirih dari tanggisan yang tertahan antara kita berdua . Kita hanya menyuarakan kerinduan dan semua kalrifikasi lewat suara yang tak jelas itu . Malam itu terasa panjang dan menyakitkan , hingga telfon itu mati sendiri . Mataku terasa begitu berat dan lelah , begitu sulit untukku membedakan kenyataan dan alam bawah sadarku .

Pukul 16.00 WIB ,
kami berdiri menunggu bis Lorena ..bis yang akan mengantarkan kami menuju Palembang ..  “selamat tinggal Tuban , terimakasih untuk malam yang menenangkan “
aku dan keluarga mulai memasuki bis , kami mengucapkan salam perpisahan terakhir kepada Om, tante dan adik sepupu kami Dalas lewat ambaian tangan kecil .  Kini perjalan menuju ke Palembang akan di mulai, “aku harus kuat .. aku kuat “ kata – kata itu yang aku coba tanamkan seiring laji bis meninggalakan kota Tuban .

* * *

 Sepanjang perjalan bis dari Tuban menuju Bogor, tak hentinya hatiku berfikir tentangmu . Kenapa dan mengapa adalah pertanyaan yang sudah seperti balon besar yang siap meletus ketika menemukan titik jenuh , semuanya masih terekam jelas di otakku ketika aku berusaha menanyakan kabar tak satupun pesanku yang kamu balas , tak satupun telfonku kamu angkat dan semua itu semakin membuatku tak mengerti . Aku mencaridan terus mencari alasan apakah yang membuatmu berubah seperti ini mas ? aku bahkan tak mengenalimu saat itu ? .
Apakah kamu tahu mas,
setiap hari telah berubah malam aku selalu berdoa agar kamu menghubungiku .. bulan tiap malam harinya menjadi tempat curhatku , semilir angin selalu menjadi sarana untuk menghembuskan kerinduan padamu sepanjang perjalanan itu . Aku benar tak mengerti ketika kamu membuat status seakan tak terjadi apa – apa , seakan – akan hatimu memang tak pernah terluka .. namun menagapa tiada balasan satupun atas keraguanku itu . Sampai di Bogor kami harus transit dan berganti bis menuju pulau Sumatera , aku menyambut hal itu dengan sedikit semangat yang tersisa dan harapan yang mulai ku tanam kembali . 

Kapal feri mulai meninggalkan pelabuhan Tanjung Periuk , semakin cepat dan semakin cepat meniggalkan pulau Jawa dan seiring itu pula aku berharap dengan di pisahkan oleh laut ini akan mudah untukku melupakanmu . Perjalanan indah yang aku impikan ternyata tak seindah kedengarannya dan harapanku , bukan mudah untukku kembali bangkit dan menata hidupku yang dari nol . Sejak saat aku meninggalkan pulau Jawa aku bertekad untuk melupakanmu bertekad untuk hidup jauh lebih bahagia , namun semuanya itu tak semudah yang aku bayangkan .

Selalu fase kritis menjadi pengiring dalam langkahku saat itu , setiap tahajudku aku hanya meminta kepada Tuhan agar aku bisa lupa . Semakin kuat aku berusaha melupakanmu semakin gencar pula kenangan itu hadir dan tak berhenti menyiksaku . Aku fikir aku sudah kuat dan bisa menerima kenyataan, tapi aku salah .... aku masih sering terluka ketika melihat statusmu gembira tanpa sedikit sakit yang kau tunjukan . Yahh ... kamu memang aktor yang handal dalam dunia sandiwara ini , aku akui itu .. mata tajam sorot penuh makna itu memang adalah hal yang teristimewa yang mampu menutupi semua kenyataan yang ada .

Terhitung sejak satu setengah tahun lalu aku meninggalkan Kota Malang, sejak kata kita tak lagi berarti dan kembali berpisah menjadi aku dan kamu . Seandainya kamu tahu mas betapa menyedihkannya diriku , betapa sulitnya bagiku untuk bersandiwara di depan mereka semua . Seandainya kamu tahu bagaimana tersiksanya aku ketika mendegar lagu – lagu yang menjadi kesukaanmu . Aku terluka , dengan luka yang tak mampu di ungkap dan hanya Tuhanlah yang mengetahuinya . Aku berharap dengan seiring perjalan ini seiring itu pula perasaanku ke kamu bisa hilang . Namun aku salah , aku bodoh... teori konyolku ternyata tak berguna.


TO BE CONTINUE.......................

0 komentar on "Jarak #3"

Posting Komentar